Pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukan
proyek media massa televisi kedalam proyek pembangunan Asian Games IV di
bawah koordinasi urusan proyek Asean Games IV.
25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T).
Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina
mengirimkan teleks kepada Menpen Maladi untuk segera menyiapkan proyek
televisi (saat itu waktu persiapan hanya tinggal 10 bulan) dengan jadwal
sebagai berikut :
1. Membangun studio di eks AKPEN di Senayan (TVRI sekarang).
2. Membangun dua pemancar : 100 watt dan 10 Kw dengan tower 80 meter.
3. Mempersiapkan software (program dan tenaga).
17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran percobaan dengan acara
HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka
Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt.
24 Agustus 1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya dengan acara
siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion utama
Gelora Bung Karno.
20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 215/1963 tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan Pimpinan Umum Presiden RI.
Pembangunan Stasiun Penyiaran TVRI.
Pada tahun 1964 mulailah dirintis pembangunan Stasiun Penyiaran
Daerah dimulai dengan TVRI Stasiun Yogyakarta, yang secara
berturut-turut diikuti dengan Stasiun Medan, Surabaya,Ujungpandang
(Makassar), Manado, Denpasar dan Balikpapan (Bantuan Pertamina).
Pembangunan Stasiun Produksi Keliling.
Mulai tahun 1977, secara bertahap dibeberapa Ibukota Propinsi
dibentuklah Stasiun-stasiun Produksi Keliling atau SPK, yang berfungsi
sebagai perwakilan atau koresponden TVRI di daerah, yang terdiri dari :
1.SPK Jayapura
2.SPK Ambon
3.SPK Kupang
4.SPK Malang (Tahun 1982 diintegrasikan dengan TVRI Stasiun Surabaya)
5.SPK Semarang
6.SPK Bandung
7.SPK Banjarmasin
8.SPK Pontianak
9.SPK Banda Aceh
10.SPK Jambi
11.SPK Padang
12.SPK Lampung
Status TVRI di Era Orde Baru
Tahun 1974, TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan
tatakerja Departemen Penerangan, yang diberi status Direktorat, langsung
bertanggung-jawab pada Direktur Jendral Radio, TV, dan Film Departemen
Penerangan Republik Indonesia.
Sebagai alat komunikasi Pemerintah, tugas TVRI adalah untuk
menyampaikan policy Pemerintah kepada rakyat dan pada waktu yang
bersamaan menciptakan two-way traffic dari rakyat untuk pemerintah
selama tidak men-diskreditkan usaha-usaha Pemerintah.
Pada garis besarnya tujuan policy Pemerintah dan program-programnya
adalah untuk membangun bangsa dan negara Indonesia yang modern dengan
masyarakat yang aman, adil, tertib dan sejahtera, dimana tiap warga
Indonesia mengenyam kesejahteraan lahiriah dan mental spiritual.
Semua kebijaksanaan Pemerintah beserta programnya harus dapat
diterjemahkanmelalui siaran-siaran dari studio-studio TVRI yang
berkedudukan di Ibukota maupun daerah dengan cepat, tepat dan baik.
Semua pelaksanaan TVRI baik di Ibukota maupun di Daerah harus
meletakan tekanan kerjanya kepada integrasi, supaya TVRI menjadi suatu
well-integrated mass media Pemerintah.
Tahun 1975, dikeluarkan SK Menpen No. 55 Bahan
siaran/KEP/Menpen/1975, TVRI memiliki status ganda yaitu selain sebagai
Yayasan Televisi RI juga sebagai Direktorat Televisi, sedang manajemen
yang diterapkan yaitu manajemen perkantoran / birokrasi.
TVRI di Era Reformasi
Bulan Juni 2000, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2000
tentang perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), yang
secara kelembagaan berada di bawah pembinaan dan bertanggung jawab
kepada Departemen Keuangan RI.
Bulan Oktober 2001, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 64 tahun
2001 tentang pembinaan Perjan TVRI di bawah kantor Menteri Negara BUMN
dan Departemen Keuangan RI untuk urusan organisasi dan keuangan.
Tanggal 17 April 2002, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun
2002, status TVRI diubah menjadi Perseroan terbatas (PT) TVRI di bawah
pengawasan Departemen Keuangan RI dan Kantor Menteri Negara BUMN.
Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi tertua
di Indonesia dan satu-satunya televisi yang jangkauannya mencapai
seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah penonton sekitar 82 persen
penduduk Indonesia.
Saat ini TVRI memiliki 22 stasiun Daerah dan 1 stasiun Pusat dengan
didukung oleh 395 pemancar yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia.
Karyawan TVRI berjumlah 6.823 orang diseluruh daerah Indonesia dan
sekitar 2.000 orang diantaranya adalah karyawan Kantor Pusat dan TVRI
Stasiun Pusat Jakarta.
TVRI bersiaran dengan menggunakan dua sistem yaitu VHF dan UHF,
setelah selesainya dibangun stasiun pemancar Gunung Tela Bogor pada 18
Mei 2002 dengan kekuatan 80 Kw.
Kota-kota yang telah menggunakan UHF yaitu Jakarta, Bandung dan Medan,
selain beberapa kota kecil seperti di Kalimantan dan Jawa Timur.
TVRI Pusat Jakarta setiap hari melakukan siaran selama 19 jam, mulai
pukul 05.00 WIB hingga 24.45 WIB dengan substansi acara bersifat
informatif, edukatif dan entertain.
TVRI juga memiliki Programa 2 Jakarta, pada saluran/chanel 8 VHF.
Programa 2 mulai mengudara pada 1 Januari 1983 dengan acara tunggal
siaran Berita bahasa Inggris dengan nama Six Thirty Report selama
setengah jam pukul 18.30 WIB, dibawah tanggung jawab bagian Pemberitaan.
Pada perkembangannya rubrik tersebut berubah nama menjadi English News Service (ENS).
Programa 2 TVRI kini mengudara mulai pukul 17.30 – 21.00 WIB dengan berbagai jenis acara berita dan hiburan.
Sekarang ini tengah dilakukan negosiasi dengan pihak swasta untuk
bekerjasama dibidang manajemen produksi dan siaran programa 2 TVRI
Jakarta dan sekitarnya, dengan adanya rencana perubahan frekuensi dari
VHF ke UHF.
Dibidang isi siaran akan lebih ditekankan kepada paket-paket jadi (can
product) dengan materi siaran untuk konsumsi masyarakat metropolitan
Jakarta.
TVRI Dewasa Ini
Dengan perubahan status TVRI dari Perusahaan Jawatan ke TV Publik sesuai
undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, maka TVRI diberi
masa transisi selama 3 tahun dengan mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 9
tahun 2002 dimana disebutkan TVRI berbentuk PERSERO atau PT.
Melalui PERSERO ini Pemerintah mengharapkan Direksi TVRI dapat
melakukan pembenahan-pembenahan baik dibidang Manajemen, Struktur
Organisasi, SDM dan Keuangan.
Sehubungan dengan itu Direksi TVRI tengah melakukan konsolidasi, melalui
restrukturisasi, pembenahan dibidang Marketing dan Programing,
mengingat sikap mental karyawan dan hampir semua acara TVRI masih
mengacu pada status Perjan yang kurang memiliki nilai jual.
Restrukturisasi bukan berarti adanya pengurangan sumber daya manusia
atau penambahan modal, karena semua itu harus memenuhi kualifikasi yang
diperlukan.
Khusus mengenai karyawan, Direksi TVRI melalui restrukturisasi akan
diketahui jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan, berdasarkan
kemampuan masing-masing individu karyawan untuk mengisi fungsi-fungsi
yang ada dalam struktur organisasi sesuai keahlian dan profesi
masing-masing, dengan kualifikasi yang jelas.
Melalui restrukturisasi tersebut akan diketahui apakah untuk mengisi
fungsi tersebut diatas dapat diketahui, dan apakah perlu dicari tenaga
profesional dari luar atau dapat memanfaatkan sumber daya TVRI yang
tersedia.
Dalam bentuk PERSERO selama masa transisi ini, TVRI benar-benar diuji
untuk belajar mandiri dengan menggali dana dari berbagai sumber antara
lain dalam bentuk kerjasama dengan pihak luar baik swasta maupun sesama
BUMN serta meningkatkan profesionalisme karyawan.
Dengan adanya masa transisi selama 3 tahun ini, diharapkan TVRI akan
dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh undang-undang penyiaran
yaitu sebagai TV publik dengan sasaran khalayak yang jelas.
Bertepatan dengan peringatan hari kebangkitan nasional tanggal 20 Mei
2003 yang lalu, TVRI mengoperasikan kembali seluruh pemancar stasiun
relay TVRI sebanyak 395 buah, yang tersebar diseluruh Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar